Makalah
Biologi Perikanan
PERTUMBUHAN
PADA IKAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Oleh:
DESWANTI
SITANGGANG
150302027
III/A

MATA KULIAH
BIOLOGI PERIKANAN
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2017
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR
ISI.............................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................. 1
Rumusan Masalah............................................................................ 2
Manfaat
Penulisan ........................................................................... 2
BAB
II
ISI
Pertumbuhan Ikan............................................................................ 3
Faktor-faktor
yang Memengaruhi Pertumbuhan Ikan..................... 5
Faktor Internal.......................................................................... 5
Faktor Eksternal........................................................................ 6
Hubungan Panjang
Bobot................................................................ 11
Perhitungan
Laju Pertumbuhan Ikan................................................ 12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................... 14
Saran
................................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada
kita semua sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertumbuhan pada Ikan dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya”. Makalah
ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Biologi Perikanan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ani
Suryanti, S.Pi, M.Si., Ibu Desrita, S.Pi, M.Si dan Bapak Indra Lesmana, S.Pi,
M.Si selaku dosen mata kuliah Biologi perikanan yang telah banyak
membantu dalam selesainya makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah
selanjutnya. Demikian makalah ini dibuat, akhir kata penulis mengucapkan terima
kasih.
Medan, Juni 2017
Penulis
BAB
I


1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki
sumberdaya perikanan yang amat kaya dan potensial, baik wilayah perairan tawar
(darat), pantai, maupun perairan laut. Potensi sumberdaya perikanan di perairan
tawar meliputi keanekaragaman jenis (plasma nutfah) ikan dan lahan perikanan. Luas
wilayah perairan Indonesia yaitu 5,8 juta km2. Oleh karena itu Indonesia
memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Sektor perikanan pada dasarnya
dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi
sektor perikanan tangkap Indonesia ditaksir mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan
tingkat pemanfaatan saat ini sebesar 4,4 juta ton per tahun (70%). Sementara itu,
potensi Indonesia di sektor perikanan budidaya sebesar 15,95 juta hektar (Fitrah,
2016).
Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata
yang bersifat poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang
dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan
memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk
menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan
air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar
50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain
memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri
dari 483 famili dan 57 ordo (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Dalam biologi perikanan, hubungan panjang–berat ikan
merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan
pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat
tangkap agar ikan–ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap.
Pengukuran panjang–berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang
tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai
suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi
fisiologis termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang–berat juga
dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of
plumpness, yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk
membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau
individu tertentu (Mulfizar, dkk., 2012).
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang,
bobot maupun volume dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan
sebagai pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yang
terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi dan protein. Persiapan air media
merupakan hal yang sangat penting dalam pemeliharaan ikan. Hal ini dikarenakan
air merupakan tempat hidup ikan, sebaiknya dipersiapkan sedemikian rupa untuk
menjaga kualitas airnya (Emaliana, dkk., 2010).
Pertumbuhan biasanya
bersifat positif (misal penambahan berat tubuh ikan pada waktu tertentu), menunjukkan
keseimbangan energi yang positif dalam metabolisme. Metabolisme adalah
penjumlahan anabolisme ditambah katabolisme. Pada pertumbuhan, laju anabolisme
akan melebihi katabolisme. Pada dasarnya, faktor-faktor yang mengkontrol proses
anabolik yaitu sekresi hormon pertumbuhan oleh pituitary dan hormon steroid
dari gonad. Laju pertumbuhan ikan sangat bervariasi sebab sangat tergantung
pada berbagai faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang
besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol
dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya
adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan, seks, umur,
parasit dan penyakit (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
1.2
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang mendasari penulisan makalah ini
yaitu sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui bentuk pertumbuhan pada ikan.
2. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan pada ikan.
3. Untuk mengetahui hubungan panjang berat terhadap pertumbuhan ikan.
3. Untuk mengetahui hubungan panjang berat terhadap pertumbuhan ikan.
Manfaat
Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai
sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan dan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Biologi Perikanan.

BAB II
ISI
2.1 Pertumbuhan Ikan
Pada umumnya, ikan
mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan
pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam dunia perikanan dikarenakan
pertumbuhan menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik
bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan
ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi
populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi kalau kita lihat lebih lanjut,
sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak
faktor mempengaruhinya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Pertumbuhan ikan digambarkan dalam
bentuk kurva yang menghubungkan antara ukuran panjang dengan waktu atau umur. Bentuk
kurva pertumbuhan ikan menyerupai huruf S sehingga dikatakan sebagai kurva
sigmoid.
Gambar.
Kurva Pertumbuhan Ikan
Kurva ini menggambarkan
pertumbuhan ikan sejak menetas hingga mencapai batas yang maksimal. Pada
awalnya ikan tumbuh lambat, karena pada saat itu masih dalam fase perkembangan
hidup awal ketika pertumbuhan lebih dipusatkan pada penyempurnaan organ-organ
tubuh. Ketika organ tubuh telah sempurna berkembang, maka pertumbuhan dalam
panjang menjadi pesat sampai terjadi kedewasaan. Selanjutnya jumlah energi yang
masuk dialihkan dari pertumbuhan jaringan somatik kepada pertumbuhan jaringan
gonad. Sebagai konsekuensinya laju pertumbuhan ikan dewasa lebih lambat
daripada ikan belum dewasa. Meskipun dikatakan pertumbuhan ikan bersifat tanpa
batas, namun laju pertumbuhan kian menurun (Rahardjo, dkk., 2010).
Pemuasaan secara periodik mampu meningkatkan
kecepatan pertumbuhan ikan setara bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tanpa pemuasaan. Pertumbuhan kompensatori (compensatory growth) yaitu
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pemberian pakan normal yang
terjadi setelah ikan melewati periode pembatasan pemberian pakan lalu diberi
pakan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa penelitian antara lain pada
ikan nila merah yang dipelihara pada kondisi air laut dan ikan bawal air tawar (Colossoma
macropomum) menunjukkan pertumbuhan yang relatif sama antara ikan yang
dipuasakan dengan yang tidak dipuasakan dan adanya penghematan pakan sebanyak
15-40% pada ikan yang dipuasakan (Mulyani,
dkk., 2014).
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran (panjang,
berat) ikan pada waktu tertentu atau perubahanan kalori yang tersimpan menjadi
jaringan somatik dan reproduksi. Perubahan ini dapat diartikan sebagai faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu energi dari makanan (I), yang terukur
sebagai kalori, merupakan energi yang dikeluarkan untuk metabolisme (M) atau
pertumbuhan (G) atau sebagai energy yang terbuang (E). Hal ini dapat dituliskan
dalam persamaan : I = M + G + E
Pertumbuhan cepat terjadi pada ikan ketika berumur
3 – 5 tahun. Pada ikan tua walaupun pertumbuhan itu terus tetapi berjalan
dengan lambat. Hal ini disebabkan ikan yang sudah tua pada umumnya kekurangan
makanan untuk pertumbuhan, karena sebagian besar makanannya digunakan untuk
pemeliharaan tubuh dan pergerakan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Kecenderungan pertumbuhan yang meningkat pesat pada umur antara 0-1
tahun. Pada umur 0-1 setelah fase pasca larva, pertumbuhan pada setiap jenis
ikan memasuki
pertumbuhan somatik dimana energi yang diperoleh dari makanan terdistribusi
hanya untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan serta metabolisme basal untuk
proses pemeliharaan organ-organ dalam ikan. Pertumbuhan somatik, mulai mengalami
penurunan laju perkembangan ketika ikan masuk ke fase dewasa. Karena pada fase
dewasa energi yang diperoleh dipergunakan untuk pertumbuhan somatik, gonadik,
dan metabolisme basal (Syahrir, 201).
2.2 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pertumbuhan
2.2.1 Faktor Internal
Gen/Keturunan
Faktor
keturunan pada ikan yang dipelihara
dalam kultur, mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari
ikan yang baik pertumbuhannya, namun di alam tidak ada kontrol yang dapat
diterapkan. Faktor seks tidak
dapat dikontrol. Ikan betina kadangkala pertumbuhannya lebih baik dari ikan
jantan namun ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai perbedaan pertumbuhan
pada ikan betina dan ikan jantan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Tercapainya kematangan
gonad untuk pertama kali dapat mempengaruhi pertumbuhan yaitu kecepatan
pertumbuhan menjadi lambat. Hal ini dikarenakan sebagian dari makanan yang
dimakan tertuju kepada perkembangan gonad. Pembuatan sarang, pemijahan,
penjagaan keturunan membuat pertumbuhan tidak bertambah karena pada waktu
tersebut pada umumnya ikan tidak makan. Setelah periode tersebut ikan
mengembalikan lagi kondisinya dengan mengambil makanan seperti sedia kala. Umur telah diketahui dengan jelas
berperanan terhadap pertumbuhan (Rahardjo, dkk., 2010).
Pembelahan Sel
Pada bagian tubuh yang
dapat diperbaharui mempunyai sel-sel dengan daya membelah secara mitosis sangat
cepat. Walaupun organisme sudah tua, daya membelah sel-sel pada bagian tubuh
yang dapat diperbaharui masih sama sehingga jumlah sel yang dapat diganti sama
dengan jumlah sel yang dibentuk. Urat daging dan tulang bertanggung jawab terhadap
pertambahan massa ikan. Pertumbuhan yang cepat menunjukkan ketersediaan makanan
dan kondisi lingkungan lainnya yang mendukung, sedangkan, pertumbuhan menunjukkan
kondisi yang sebaliknya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Pertumbuhan dalam
individu ialah pertumbuhan jaringan akibat dari pembelahan sel secara litosis.
Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal
dari makanan. Seperti kita ketahui bahan berasal dari makanan akan digunakan
oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual,
perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah tidak terpakai.
Bahan-bahan tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh. Apabila terdapat bahan
berlebih dari keperluan tersebut di atas akan dibuat sel baru sebagai
penambahan unit atau penggantian sel dari bagian tubuh. Dari segi pertumbuhan,
kelompok sel-sel suatu jaringan dalam bagian tubuh dapat digolongkan menjadi bagian
yang dapat diperbaharui, bagian yang dapat berkembang dan bagian yang statis (Emaliana,
dkk., 2010).
Umur
Umur
dan kematian merupakan prediksi yang
sangat baik untuk laju pertumbuhan relatif ikan, meskipun laju pertumbuhan
absolut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Umumnya, ikan
mengalami pertumbuhan panjang yang sangat cepat pada beberapa bulan atau tahun
pertama dalam hidupnya, hingga maturasi. Selanjutnya, penambahan energi
digunakan untuk pertumbuhan jaringan somatik dan gonadal, sehingga laju
pertumbuhan ikan mature lebih lambat dibandingkan ikan-ikan immature (Wahyuningsih
dan Barus, 2006).
Istilah
penuaan mengacu pada proses perubahan negatif yang mengiringi bertambahnya umur
ikan. Proses ini ditandai oleh melambatnya pertumbuhan, percepatan laju
mortalitas, kapasitas reproduksi yang menurun secara bertahap, dan meningkatnya
abnormalitas anakan. Kurun umur tua tipikal memperlihatkan perlambatan
aktivitas yang diikuti oleh perubahan dalam cara makan, distribusi dan tingkah laku
lainnya (Rahardjo, dkk., 2010).
2.2.2 Faktor
Eksternal
Suhu
Faktor
luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu air,
kandungan oksigen terlarut dan amonia, salinitas dan fotoperiod. Faktor-faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama dengan faktor-faktor
lainnya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur dan tingkat
kematian mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Salah satu faktor lingkungan yang
sangat penting dalam mempengaruhi laju pertumbuhan yaitu suhu. Laju pertumbuhan
ikan Cyprinodon macularis meningkat pada suhu antara 30°C – 35°C,
sedangkan laju pertumbuhan maksimal ikan salmon muda diperoleh pada suhu sedang
(15°C). Adanya hubungan yang erat antara suhu dari pertumbuhan optimal dengan
preferensi perilaku. Di daerah yang bermusim 4 kalau suhu perairan turun di
bawah 10°C ikan perairan panas yang berada di daerah tadi akan berhenti
mengambil makanan atau mengambil makanan hanya sedikit sekali untuk keperluan
mempertahankan kondisi tubuh. Jadi walaupun makanan berlebih pada waktu itu,
pertumbuhan ikan akan terhenti atau lambat sekali (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan
seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat
mengurangi oksigen terlarut dan selera makan ikan. Perbedaan suhu air media
dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat
mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan
untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung tersebut,
sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat
mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan (Emaliana, dkk.,
2010).
Pada suhu optimum apabila
ikan itu tidak mendapat makanan tidak pula dapat tumbuh. Untuk daerah tropik suhu
perairan berada dalam batas kisar optimum untuk pertumbuhan. Oleh karena itu
apabila ada ikan dapat mencapai ukuran 30 Cm dengan berat 1 kg dalam satu tahun
di perairan tropik, maka ikan yang sama spesiesnya di daerah bermusim empat
ukuran tadi mungkin akan dicapai dalam waktu dua atau tiga tahun. Setiap
spesies ikan suhu optimum untuk pertumbuhannya tidak sama, oleh karena itu
dalam kultur ikan agar tercapai tujuan suhu optimum dari perairan tadi ada
kolam yang diberi tanaman untuk memberi bayangan pada perairan dan ada pula
yang tidak
(Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Pakan
Pakan adalah salah satu
faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi
sebagai pemasok energi untuk meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan
kelansungan hidup. Ketersediaan pakan merupakan salah satu persyaratan mutlak
bagi berhasilnya usaha budidaya ikan. Pakan merupakan sumber protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral yang penting bagi ikan, oleh karena itu
pemberian pakan dengan ransum harian yang cukup dan berkualitas tinggi serta
tidak berlebihan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan
usaha budidaya ikan (Asma, dkk., 2016).
Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap nutrisi
pakan oleh saluran pencernaan. Saluran pencernaan ikan mengandung
mikroorganisme yang membantu penyerapan nutrisi. Pemberian probiotik dapat
menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan,
berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan. Berdasar
penelitian sebelumnya pada ikan patin dan pada ikan bandeng menunjukkan bahwa
penambahan probiotik berpengaruh terhadap pertumbuhan dari ikan tersebut (Ardita, dkk.,
2015)
Penyakit
dan Parasit
Salah satu jenis penyakit ikan adalah penyakit yang
diakibatkan oleh infeksi parasit. Infeksi parasit dapat menjadi salah satu
faktor predisposisi bagi infeksi organisme patogen yang lebih berbahaya, yaitu
berupa kerusakan organ luar, pertumbuhan yang lambat, penurunan nilai jual, dan
peningkatan sensitivitas terhadap stressor. Tingkat infeksi parasit yang tinggi
dapat mengakibatkan mortalitas tanpa menunjukkan gejala terlebih dahulu (Marlan
dan Agustina, 2014).
Penyakit
dan parasit juga mempengaruhi
pertumbuhan terutama kalau yang diserang itu alat pencernaan makanan atau organ
lain yang vital sehingga efisiensi berkurang karena kekurangan makanan yang berguna
untuk pertumbuhan. Namun sebaliknya dapat terjadi pada ikan yang diserang oleh
parasit tidak begitu hebat menyebabkan pertumbuhan ikan itu lebih baik daripada
ikan normal atau tidak diserang parasit tadi. Hal ini terjadi karena ikan
tersebut mengambil makanan lebih banyak dari biasanya sehingga terdapat kelebihan
makanan untuk pertumbuhan (Ardita, dkk., 2015)
Oksigen
Terlarut
Kandungan
oksigen terlarut. mengukur
reduksi laju pertumbuhan juvenil Micropterus salmoides pada kandungan
oksigen terlarut 5 mg/L dengan suhu 26°C. Kondisi tersebut diperkirakan sebagai
ambang batas bagi pertumbuhan dan reproduksi juvenil M. Salmoides dan
beberapa ikan lain seperti Ictalurus punctatus, Mugil cephalus, Orthodon
microlepidotus yang dapat mempertahankan metabolisme pada kondisi kandungan
oksigen yang rendah. Selain itu, ikan-ikan ini akan berenang ke tempat yang
labih menguntungkan (Syahrir, 2013).
Oksigen terlarut merupakan oksigen dalam bentuk
terlarut dalam air karena ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan
secara difusi langsung dari udara. Pada umumnya ikan kecil akan mengkonsumsi
oksigen per berat badan lebih banyak dibandingkan dengan ikan besar dari satu
spesies. Nilai oksigen terlarut media pemeliharaan selama pengamatan
berlangsung berkisar 5,22–5,61 (Emaliana, dkk., 2010).
Ammonia
Amonia
merupakan hasil ekskresi primer ikan, namun bila
ada dalam konsentrasi yang tinggi dapat menghambat laju pertumbuhan. Sebagai
contoh, pengukuran berat juvenil Ictalurus punctatus yang ditempatkan
pada akuarium dengan kondisi penambahan kandungan amonia. Mekanisme
penghambatan pertumbuhan olah amonia masih belum diketahui. Pada umumnya, diketahui
bahwa amonia un-ion (NH3) di perairan lebih toksik dari pada bentuk ion amonia
(NH4+) pada konsentrasi yang sama. Proporsi dari kedua bentuk tersebut di
perairan sangat tergantung pada pH air. Pemantauan pH air merupakan bagian yang
esensial dari sistem kultur ikan air tawar. Walaupun amonia merupakan komponen
alami di perairan, pengaruhnya terhadap ikan menjadikan amonia ini polutan yang
khas dan dapat menurunkan laju pertumbuhan (Wahyuningsih dan
Barus, 2006).
Ammonia yang tak
terionisasi (NH3) di air memberikan efek racun terhadap ikan
daripada bentuk yang terionisasi (NH4+) pada konsentrasi
yang sama. Ketika konsentrasi ammonia naik di dalam air, maka ekskresi ammonia
oleh ikan menurun sehingga konsentrasi ammonia dalam darah dan jaringan lainnya
naik. Konsentrasi ammonia yang tinggi dalam air juga memengaruhi permeabilitas
ikan terhadap air dan mereduksi konsentrasi ion internal. Ammonia juga
meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak insang, dan mereduksi
kemampuan darah membawa oksigen. Perubahan histologic terjadi dalam ginjal,
limpa, tiroid dan darah ikan yang terkena konsentrasi subletal ammonia.
Kenaikan ammonia meningkatkan kerentanan terhadap penyakit dan mereduksi
pertumbuhan ikan (Rahardjo, dkk., 2010).
Salinitas
Salinitas
sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung terhadap
metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Dengan memberikan
perlakuan salinitas diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi
dalam proses osmoregulasi pada benih gurame (O. gouramy), sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhannya. Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi
oleh salinitas adalah tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh serta
kebutuhan oksigen (Yurisma, dkk., 2013).
Salinitas
juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Ikan-ikan
eurihalin menunjukkan laju pertumbuhan yang maksimum pada salinitas 35 ppt dari
pada salinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Fotoperiod (panjang hari) juga mempengaruhi fenomena pertumbuhan
secara musiman. Terdapat suatu hubungan yang erat antara pertumbuhan ikan danau
Coregonus clupeaformis dan fotoperiod musiman (Asma, dkk., 2016).
Kompetisi
Anak ikan yang lemah dan
tidak berhasil mendapatkan makanan akan mati sedangkan yang kuat terus mencari
makanan dan pertumbuhannya baik. Jumlah individu yang terlalu banyak dalam
perairan yang tidak sebanding dengan keadaan makanan akan terjadi kompetisi
terhadap makanan itu. Keberhasilan mendapatkan makanan akan menentukan
pertumbuhan. Oleh karena itu akan didapatkan ukuran yang bervariasi dalam satu
keturunan
(Rudiyanti
dan Ekasari (2015).
Tingkat padat tebar akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan
yang dipelihara dalam kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan
yang dipelihara dalam kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena
tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang
terakumulasi dalam media air. Predasi dapat di hindarkan dan kualitas
air dapat di perbaiki melalui pemeliharaan benih terkendali dalam ruangan (Waker,
dkk., 2015).
2.3 Hubungan
Panjang Berat
Panjang tubuh sangat
berhubungan dengan berat tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti hukum kubik
yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang
terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan
bebeda-beda. Panjang dan berat ikan dalam suatu bentuk rumus yang umum yaitu: W = cLn, dimana W = berat L = panjang,
c & n = konstanta. Rumus umum tersebut bila ditranformasikan ke dalam
logaritma, maka kita akan mendapatkan persamaan : log W = log c + n log L,
yaitu persamaan linier atau persamaan garis lurus. Harga n ialah harga pangkat
yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Harga
eksponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2 – 4,0, namun
kebanyakan dari harga n tadi berkisar dari 2,4 – 3,5 (Syahrir, 2013).
Bilamana harga n sama
dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya yaitu
pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan
demikian seperti telah dikemukakan ialah pertumbuhan isometrik. Apabila
n lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan pertumbuhan allometrik. Harga
n yang kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus yaitu pertambahan
panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya, sedangkan harga n lebih besar
dari 3 menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat dari
pertambahan panjangnya. Cara yang dapat digunakan untuk menghitung panjang
berat ikan ialah dengan menggunakan regresi, yaitu dengan menghitung dahulu
logaritma dari tiap-tiap panjang dan berat ikan (Setyohadi, 2013).
Kecepatan
pertumbuhan mutlak/absolut ialah
perubahan ukuran baik berat atau panjang yang sebenarnya diantara dua umur atau
dalam waktu satu tahun. Umumnya kecepatan pertumbuhan mutlak menurun apabila
ikan makin bertambah. Kecepatan mutlak/absolute ini dapat dibuat persamaan
dengan melihat panjang atau berat (Y) dengan waktu (T) : (Y2 – Y1) / (T2 – T1) Kecepatan pertumbuhan nisbi/relatif dirumuskan
sebagai persentase pertumbuhan pada tiap interval waktu, atau dengan kata lain
ialah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal
interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval. Umumnya pertambahan
dalam berat jauh lebih banyak digunakan karena mempunyai nilai praktis dari
pada panjang
(Mulfizar,
dkk., 2012).
Menurut Syahrir (2013) analisis hubungan panjang berat menggunakan uji
regresi, dengan rumus sebagai berikut :
W = aL b
Keterangan:
W = Berat tubuh ikan (gram), L = Panjang
ikan (mm), a dan b = konstanta. Uji t dilakukan terhadap nilai b untuk
mengetahui apakah b=3 (isomertik) atau b≠3 (alometrik). Faktor kondisi dihitung
dengan menggunakan persamaan Ponderal Index, untuk pertumbuhan isometric
(b=3) faktor kondisi (KTL) dengan menggu nakan rumus :
105 W
KTL = 

L3
Sedangkan
jika pertumbuhan tersebut bersifat allometrik (b≠3), maka faktor kondisi dapat
dihitung dengan rumusnya :
W
Kn =

aLb
2.4 Perhitungan Laju Pertumbuhan Ikan
Menurut Agustin (2014), perhitungan
pertumbuhan bobot dan panjang tubuh ikan adalah sebagai berikut :
Laju Pertumbuhan
bobot :
Laju
pertumbuhan bobot = ( ln Wt – ln Wo / t
) x 100%
Keterangan :
Wt = Bobot ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot ikan di awal pemeliharaan (g)
Laju Pertumbuhan
panjang
Laju pertumbuhan
panjang = ( ln Lt – ln Lo / t ) x 100%
Keterangan :
Lt = Panjang ikan di akhir pemeliharaan (cm)
Lo = Panjang ikan di awal pemeliharaan (cm)
Kelangsungan Hidup
Persentase kelangsungan hidup dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
SR = ( Nt / No ) x 100 %
Keterangan :
SR = Kelangsungan Hidup (%)
Nt = Jumlah ikan yang
hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Menurut Rudiyanti dan Ekasari (2015), laju
pertumbuhan spesifik (Specific Growth
Rate) ditentukan dengan rumus :
SGR = (
lnWo – lnWt / t1 - t0 ) x 100 %
Dimana :
SGR = Laju pertumbuhan berat spesifik
(% perhari)
Wt = Bobot biomassa pada akhir
penelitian (gram)
Wo = Bobot biomassa pada awal
penelitian (gram)
t1 = Waktu akhir penelitian (hari)
t0 = Waktu awal penelitian (hari)

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari
penulisan makalah yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk
kurva pertumbuhan ikan menyerupai huruf S sehingga dikatakan sebagai kurva
sigmoid. Pada awalnya ikan tumbuh lambat, karena pada saat itu masih dalam fase
perkembangan hidup awal ketika pertumbuhan lebih dipusatkan pada penyempurnaan
organ-organ tubuh, ketika organ tubuh telah sempurna berkembang, maka
pertumbuhan dalam panjang menjadi pesat sampai terjadi kedewasaan, selanjutnya
jumlah energi yang masuk dialihkan dari pertumbuhan jaringan somatik kepada
pertumbuhan jaringan gonad.
2. Faktor-faktor
yang memengaruhi pertumbuhan ikan terdiri atas faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal misalnya gen/keturunan, pembelahan sel dalam tubuh
dan umur ikan. Faktor eksternal misalnya pakan, suhu, oksigen terlarut,
penyakit dan parasit, ammonia, salinitas dan kompetisi.
3. Hubungan panjang dengan berat seperti hukum kubik
yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Bilamana harga n sama
dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Apabila n
lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan pertumbuhan allometrik. Harga
n yang kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus yaitu pertambahan
panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya, sedangkan harga n lebih besar
dari 3 menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat dari
pertambahan panjangnya.
3.2
Saran
Saran dari penulisan
makalah ini yaitu agar semua pembaca lebih memahami tentang pertumbuhan ikan
sehingga dapat menerapkan perlakuan-perlakuan yang tepat yang dapat
meningkatkan pertumbuhan pada ikan.


Agustin, R., A.D. Sasanti dan Yulisman. 2014. Konversi Pakan,
Laju Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup dan Populasi Bakteri Benih Ikan Gabus (Channa
striata) yang diberi Pakan dengan Penambahan Probiotik. Jurnal Akuakultur
Rawa Indonesia. 2(1) : 55-66. ISSN : 2303-2960.
Ardita,
N., A. Budiharjo dan S.L.A. Sari. 2015. Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
dengan Penambahan Prebiotik. Jurnal Bioteknologi. 12 (1) : 16-21. ISSN :
2301-8658.
Asma, N., Z.A. Muchlisin dan I. Hasri. 2016. Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus
vittatus) pada Ransum Harian yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan
dan Perikanan Unsyiah. 1(1) : 1-11.
Emaliana., S. Usman dan I. Lesman. 2010.
Pengaruh Perbedaan Suhu terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio). Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Fitrah, S. S., I. Dewiyanti., T. Rizwan. 2016.
Identifikasi Jenis Ikan di Perairan Laguna Gampoeng Pulot Kecamatan Leupung
Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(1) :
66-81.
Marlan dan S.S. Agustina. 2014. Analisis
Prevalensi Parasit yang Menginfeksi Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
pada Sentra Pembenihan di Wilayah Kabupaten Banggai. Jurnal Balik Diwa. 5(2).
Mulfizar.,
A. Zainal., Muchlisin dan I. Dewiyanti. 2012. Hubungan
Panjang Berat dan Faktor Kondisi Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Kuala
Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Depik. 1(1):1-9. ISSN: 2089-7790.
Mulyani, S.M., Yulisman dan M. Fitrani. 2014. Pertumbuhan dan Efisiensi
Paka Ikan Nila (Oreochromis mossambicus)
yang dipuasakan Secara Periodik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2(1) :01-12.
ISSN : 2303-2960.
Rahardjo,
M.F., D.S. Sjafei., R. Affandi dan Sulistiono. 2010. Buku Iktiology. Bandung :
Lubuk Agung.
Rudiyanti,
S dan A.D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan dan Survival
Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn)
pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan. 5
(1) : 37-49.
Setyohadi, D.
2013. Studi Potensi dan Dinamika Stok Ikan
Lemuru (Sardinella lemuru)
di Selat Bali Serta Alternatif Penangkapannya. Jurnal Perikanan. 11(1): 78-86.
ISSN: 0853-6384.
Syahrir, M. 2013.
Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan di Perairan Pedalaman Kabupaten Kutai Timur.
Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. 18 (2). ISSN : 1402-2006.
Wahyuningsih, H
dan T.A. Barus. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Yurisma, E.H., N. Abdulgani dan G.
Mahasri. 2013. Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Laju Konsumsi Oksigen
Ikan Gurame (Osprhonemus gouramy) Skala Laboratorium.
Jurnal Sains dan Seni.1(1)
: 1-4.