Jumat, 30 Juni 2017

Pertumbuhan Ikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya


Makalah Biologi Perikanan
PERTUMBUHAN PADA IKAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA



Oleh:


DESWANTI SITANGGANG
150302027
III/A
















MATA KULIAH BIOLOGI PERIKANAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017





DAFTAR ISI
                                                                                                                     Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................                i
DAFTAR ISI..............................................................................................              ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang.................................................................................              1
Rumusan Masalah............................................................................              2
Manfaat Penulisan ...........................................................................              2
BAB II
ISI
Pertumbuhan Ikan............................................................................              3
            Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ikan.....................              5
                   Faktor Internal..........................................................................              5
                   Faktor Eksternal........................................................................             6
Hubungan Panjang Bobot................................................................            11
Perhitungan Laju Pertumbuhan Ikan................................................           12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.......................................................................................           14
Saran ................................................................................................           14
DAFTAR PUSTAKA


KATA PENGANTAR

            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pertumbuhan pada Ikan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Makalah ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Perikanan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ani Suryanti, S.Pi, M.Si., Ibu Desrita, S.Pi, M.Si dan Bapak Indra Lesmana, S.Pi, M.Si selaku dosen mata kuliah Biologi perikanan yang telah banyak membantu dalam selesainya makalah ini.

            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah selanjutnya. Demikian makalah ini dibuat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.







                                          Medan,     Juni 2017




                                     Penulis



















BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya perikanan yang amat kaya dan potensial, baik wilayah perairan tawar (darat), pantai, maupun perairan laut. Potensi sumberdaya perikanan di perairan tawar meliputi keanekaragaman jenis (plasma nutfah) ikan dan lahan perikanan. Luas wilayah perairan Indonesia yaitu 5,8 juta km2. Oleh karena itu Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia ditaksir mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan saat ini sebesar 4,4 juta ton per tahun (70%). Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budidaya sebesar 15,95 juta hektar (Fitrah, 2016).
Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Dalam biologi perikanan, hubungan panjang–berat ikan merupakan salah satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumber daya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan–ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap. Pengukuran panjang–berat ikan bertujuan untuk mengetahui variasi berat dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang–berat juga dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness, yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau individu tertentu (Mulfizar, dkk., 2012).
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran baik panjang, bobot maupun volume dalam kurun waktu tertentu, atau dapat juga diartikan sebagai pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, yang terjadi apabila ada kelebihan pasokan energi dan protein. Persiapan air media merupakan hal yang sangat penting dalam pemeliharaan ikan. Hal ini dikarenakan air merupakan tempat hidup ikan, sebaiknya dipersiapkan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas airnya  (Emaliana, dkk., 2010).
Pertumbuhan biasanya bersifat positif (misal penambahan berat tubuh ikan pada waktu tertentu), menunjukkan keseimbangan energi yang positif dalam metabolisme. Metabolisme adalah penjumlahan anabolisme ditambah katabolisme. Pada pertumbuhan, laju anabolisme akan melebihi katabolisme. Pada dasarnya, faktor-faktor yang mengkontrol proses anabolik yaitu sekresi hormon pertumbuhan oleh pituitary dan hormon steroid dari gonad. Laju pertumbuhan ikan sangat bervariasi sebab sangat tergantung pada berbagai faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang mendasari penulisan makalah ini yaitu  sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui bentuk pertumbuhan pada ikan.
2.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan pada ikan. 
3.      Untuk mengetahui hubungan panjang berat terhadap pertumbuhan ikan.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Perikanan.
 



BAB II
ISI
2.1 Pertumbuhan Ikan
Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam dunia perikanan dikarenakan pertumbuhan menjadi indikator bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi kalau kita lihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor mempengaruhinya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Pertumbuhan ikan digambarkan dalam bentuk kurva yang menghubungkan antara ukuran panjang dengan waktu atau umur. Bentuk kurva pertumbuhan ikan menyerupai huruf S sehingga dikatakan sebagai kurva sigmoid.

Gambar. Kurva Pertumbuhan Ikan
Kurva ini menggambarkan pertumbuhan ikan sejak menetas hingga mencapai batas yang maksimal. Pada awalnya ikan tumbuh lambat, karena pada saat itu masih dalam fase perkembangan hidup awal ketika pertumbuhan lebih dipusatkan pada penyempurnaan organ-organ tubuh. Ketika organ tubuh telah sempurna berkembang, maka pertumbuhan dalam panjang menjadi pesat sampai terjadi kedewasaan. Selanjutnya jumlah energi yang masuk dialihkan dari pertumbuhan jaringan somatik kepada pertumbuhan jaringan gonad. Sebagai konsekuensinya laju pertumbuhan ikan dewasa lebih lambat daripada ikan belum dewasa. Meskipun dikatakan pertumbuhan ikan bersifat tanpa batas, namun laju pertumbuhan kian menurun (Rahardjo, dkk., 2010).
Pemuasaan secara periodik mampu meningkatkan kecepatan pertumbuhan ikan setara bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa pemuasaan. Pertumbuhan kompensatori (compensatory growth) yaitu pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pemberian pakan normal yang terjadi setelah ikan melewati periode pembatasan pemberian pakan lalu diberi pakan kembali sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa penelitian antara lain pada ikan nila merah yang dipelihara pada kondisi air laut dan ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) menunjukkan pertumbuhan yang relatif sama antara ikan yang dipuasakan dengan yang tidak dipuasakan dan adanya penghematan pakan sebanyak 15-40% pada ikan yang dipuasakan (Mulyani, dkk., 2014).
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran (panjang, berat) ikan pada waktu tertentu atau perubahanan kalori yang tersimpan menjadi jaringan somatik dan reproduksi. Perubahan ini dapat diartikan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu energi dari makanan (I), yang terukur sebagai kalori, merupakan energi yang dikeluarkan untuk metabolisme (M) atau pertumbuhan (G) atau sebagai energy yang terbuang (E). Hal ini dapat dituliskan dalam persamaan : I = M + G + E Pertumbuhan cepat terjadi pada ikan ketika berumur 3 – 5 tahun. Pada ikan tua walaupun pertumbuhan itu terus tetapi berjalan dengan lambat. Hal ini disebabkan ikan yang sudah tua pada umumnya kekurangan makanan untuk pertumbuhan, karena sebagian besar makanannya digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Kecenderungan pertumbuhan yang meningkat pesat pada umur antara 0-1 tahun. Pada umur 0-1 setelah fase pasca larva, pertumbuhan pada setiap jenis ikan memasuki pertumbuhan somatik dimana energi yang diperoleh dari makanan terdistribusi hanya untuk pertumbuhan panjang dan bobot ikan serta metabolisme basal untuk proses pemeliharaan organ-organ dalam ikan. Pertumbuhan somatik, mulai mengalami penurunan laju perkembangan ketika ikan masuk ke fase dewasa. Karena pada fase dewasa energi yang diperoleh dipergunakan untuk pertumbuhan somatik, gonadik, dan metabolisme basal  (Syahrir, 201).
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
2.2.1 Faktor Internal
Gen/Keturunan
Faktor keturunan pada ikan yang dipelihara dalam kultur, mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya, namun di alam tidak ada kontrol yang dapat diterapkan. Faktor seks tidak dapat dikontrol. Ikan betina kadangkala pertumbuhannya lebih baik dari ikan jantan namun ada pula spesies ikan yang tidak mempunyai perbedaan pertumbuhan pada ikan betina dan ikan jantan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali dapat mempengaruhi pertumbuhan yaitu kecepatan pertumbuhan menjadi lambat. Hal ini dikarenakan sebagian dari makanan yang dimakan tertuju kepada perkembangan gonad. Pembuatan sarang, pemijahan, penjagaan keturunan membuat pertumbuhan tidak bertambah karena pada waktu tersebut pada umumnya ikan tidak makan. Setelah periode tersebut ikan mengembalikan lagi kondisinya dengan mengambil makanan seperti sedia kala. Umur telah diketahui dengan jelas berperanan terhadap pertumbuhan  (Rahardjo, dkk., 2010).
Pembelahan Sel
Pada bagian tubuh yang dapat diperbaharui mempunyai sel-sel dengan daya membelah secara mitosis sangat cepat. Walaupun organisme sudah tua, daya membelah sel-sel pada bagian tubuh yang dapat diperbaharui masih sama sehingga jumlah sel yang dapat diganti sama dengan jumlah sel yang dibentuk. Urat daging dan tulang bertanggung jawab terhadap pertambahan massa ikan. Pertumbuhan yang cepat menunjukkan ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan lainnya yang mendukung, sedangkan, pertumbuhan menunjukkan kondisi yang sebaliknya (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Pertumbuhan dalam individu ialah pertumbuhan jaringan akibat dari pembelahan sel secara litosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal dari makanan. Seperti kita ketahui bahan berasal dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah tidak terpakai. Bahan-bahan tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh. Apabila terdapat bahan berlebih dari keperluan tersebut di atas akan dibuat sel baru sebagai penambahan unit atau penggantian sel dari bagian tubuh. Dari segi pertumbuhan, kelompok sel-sel suatu jaringan dalam bagian tubuh dapat digolongkan menjadi bagian yang dapat diperbaharui, bagian yang dapat berkembang dan bagian yang statis (Emaliana, dkk., 2010).
Umur
Umur dan kematian merupakan prediksi yang sangat baik untuk laju pertumbuhan relatif ikan, meskipun laju pertumbuhan absolut sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Umumnya, ikan mengalami pertumbuhan panjang yang sangat cepat pada beberapa bulan atau tahun pertama dalam hidupnya, hingga maturasi. Selanjutnya, penambahan energi digunakan untuk pertumbuhan jaringan somatik dan gonadal, sehingga laju pertumbuhan ikan mature lebih lambat dibandingkan ikan-ikan immature (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Istilah penuaan mengacu pada proses perubahan negatif yang mengiringi bertambahnya umur ikan. Proses ini ditandai oleh melambatnya pertumbuhan, percepatan laju mortalitas, kapasitas reproduksi yang menurun secara bertahap, dan meningkatnya abnormalitas anakan. Kurun umur tua tipikal memperlihatkan perlambatan aktivitas yang diikuti oleh perubahan dalam cara makan, distribusi dan tingkah laku lainnya (Rahardjo, dkk., 2010).
2.2.2 Faktor Eksternal
Suhu
Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu air, kandungan oksigen terlarut dan amonia, salinitas dan fotoperiod. Faktor-faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama dengan faktor-faktor lainnya seperti kompetisi, jumlah dan kualitas makanan, umur dan tingkat kematian mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat penting dalam mempengaruhi laju pertumbuhan yaitu suhu. Laju pertumbuhan ikan Cyprinodon macularis meningkat pada suhu antara 30°C – 35°C, sedangkan laju pertumbuhan maksimal ikan salmon muda diperoleh pada suhu sedang (15°C). Adanya hubungan yang erat antara suhu dari pertumbuhan optimal dengan preferensi perilaku. Di daerah yang bermusim 4 kalau suhu perairan turun di bawah 10°C ikan perairan panas yang berada di daerah tadi akan berhenti mengambil makanan atau mengambil makanan hanya sedikit sekali untuk keperluan mempertahankan kondisi tubuh. Jadi walaupun makanan berlebih pada waktu itu, pertumbuhan ikan akan terhenti atau lambat sekali   (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Suhu dapat mempengaruhi aktivitas penting ikan seperti pernapasan, pertumbuhan dan reproduksi. Suhu yang tinggi dapat mengurangi oksigen terlarut dan selera makan ikan. Perbedaan suhu air media dengan tubuh ikan akan menimbulkan gangguan metabolisme. Kondisi ini dapat mengakibatkan sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk penyesuian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung tersebut, sehingga dapat merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan ikan karena gangguan sistem percernaan (Emaliana, dkk., 2010).
Pada suhu optimum apabila ikan itu tidak mendapat makanan tidak pula dapat tumbuh. Untuk daerah tropik suhu perairan berada dalam batas kisar optimum untuk pertumbuhan. Oleh karena itu apabila ada ikan dapat mencapai ukuran 30 Cm dengan berat 1 kg dalam satu tahun di perairan tropik, maka ikan yang sama spesiesnya di daerah bermusim empat ukuran tadi mungkin akan dicapai dalam waktu dua atau tiga tahun. Setiap spesies ikan suhu optimum untuk pertumbuhannya tidak sama, oleh karena itu dalam kultur ikan agar tercapai tujuan suhu optimum dari perairan tadi ada kolam yang diberi tanaman untuk memberi bayangan pada perairan dan ada pula yang tidak (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Pakan
Pakan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan kelansungan hidup. Ketersediaan pakan merupakan salah satu persyaratan mutlak bagi berhasilnya usaha budidaya ikan. Pakan merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang penting bagi ikan, oleh karena itu pemberian pakan dengan ransum harian yang cukup dan berkualitas tinggi serta tidak berlebihan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan usaha budidaya ikan (Asma, dkk., 2016).
Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap nutrisi pakan oleh saluran pencernaan. Saluran pencernaan ikan mengandung mikroorganisme yang membantu penyerapan nutrisi. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi mikroorganisme dalam sistem pencernaan, berakibat meningkatnya daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan. Berdasar penelitian sebelumnya pada ikan patin dan pada ikan bandeng menunjukkan bahwa penambahan probiotik berpengaruh terhadap pertumbuhan dari ikan tersebut (Ardita, dkk., 2015)
Penyakit dan Parasit
Salah satu jenis penyakit ikan adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi parasit. Infeksi parasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme patogen yang lebih berbahaya, yaitu berupa kerusakan organ luar, pertumbuhan yang lambat, penurunan nilai jual, dan peningkatan sensitivitas terhadap stressor. Tingkat infeksi parasit yang tinggi dapat mengakibatkan mortalitas tanpa menunjukkan gejala terlebih dahulu (Marlan dan Agustina, 2014).
Penyakit dan parasit juga mempengaruhi pertumbuhan terutama kalau yang diserang itu alat pencernaan makanan atau organ lain yang vital sehingga efisiensi berkurang karena kekurangan makanan yang berguna untuk pertumbuhan. Namun sebaliknya dapat terjadi pada ikan yang diserang oleh parasit tidak begitu hebat menyebabkan pertumbuhan ikan itu lebih baik daripada ikan normal atau tidak diserang parasit tadi. Hal ini terjadi karena ikan tersebut mengambil makanan lebih banyak dari biasanya sehingga terdapat kelebihan makanan untuk pertumbuhan (Ardita, dkk., 2015)
Oksigen Terlarut
Kandungan oksigen terlarut. mengukur reduksi laju pertumbuhan juvenil Micropterus salmoides pada kandungan oksigen terlarut 5 mg/L dengan suhu 26°C. Kondisi tersebut diperkirakan sebagai ambang batas bagi pertumbuhan dan reproduksi juvenil M. Salmoides dan beberapa ikan lain seperti Ictalurus punctatus, Mugil cephalus, Orthodon microlepidotus yang dapat mempertahankan metabolisme pada kondisi kandungan oksigen yang rendah. Selain itu, ikan-ikan ini akan berenang ke tempat yang labih menguntungkan (Syahrir, 2013).
Oksigen terlarut merupakan oksigen dalam bentuk terlarut dalam air karena ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan secara difusi langsung dari udara. Pada umumnya ikan kecil akan mengkonsumsi oksigen per berat badan lebih banyak dibandingkan dengan ikan besar dari satu spesies. Nilai oksigen terlarut media pemeliharaan selama pengamatan berlangsung berkisar 5,22–5,61 (Emaliana, dkk., 2010).
Ammonia
Amonia merupakan hasil ekskresi primer ikan, namun bila ada dalam konsentrasi yang tinggi dapat menghambat laju pertumbuhan. Sebagai contoh, pengukuran berat juvenil Ictalurus punctatus yang ditempatkan pada akuarium dengan kondisi penambahan kandungan amonia. Mekanisme penghambatan pertumbuhan olah amonia masih belum diketahui. Pada umumnya, diketahui bahwa amonia un-ion (NH3) di perairan lebih toksik dari pada bentuk ion amonia (NH4+) pada konsentrasi yang sama. Proporsi dari kedua bentuk tersebut di perairan sangat tergantung pada pH air. Pemantauan pH air merupakan bagian yang esensial dari sistem kultur ikan air tawar. Walaupun amonia merupakan komponen alami di perairan, pengaruhnya terhadap ikan menjadikan amonia ini polutan yang khas dan dapat menurunkan laju pertumbuhan (Wahyuningsih dan Barus, 2006).
Ammonia yang tak terionisasi (NH3) di air memberikan efek racun terhadap ikan daripada bentuk yang terionisasi (NH4+) pada konsentrasi yang sama. Ketika konsentrasi ammonia naik di dalam air, maka ekskresi ammonia oleh ikan menurun sehingga konsentrasi ammonia dalam darah dan jaringan lainnya naik. Konsentrasi ammonia yang tinggi dalam air juga memengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan mereduksi konsentrasi ion internal. Ammonia juga meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak insang, dan mereduksi kemampuan darah membawa oksigen. Perubahan histologic terjadi dalam ginjal, limpa, tiroid dan darah ikan yang terkena konsentrasi subletal ammonia. Kenaikan ammonia meningkatkan kerentanan terhadap penyakit dan mereduksi pertumbuhan ikan (Rahardjo, dkk., 2010).
Salinitas
 Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Dengan memberikan perlakuan salinitas diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi dalam proses osmoregulasi pada benih gurame (O. gouramy), sehingga mampu meningkatkan pertumbuhannya. Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh serta kebutuhan oksigen (Yurisma, dkk., 2013).
Salinitas juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Ikan-ikan eurihalin menunjukkan laju pertumbuhan yang maksimum pada salinitas 35 ppt dari pada salinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Fotoperiod (panjang hari) juga mempengaruhi fenomena pertumbuhan secara musiman. Terdapat suatu hubungan yang erat antara pertumbuhan ikan danau Coregonus clupeaformis dan fotoperiod musiman (Asma, dkk., 2016).
Kompetisi
Anak ikan yang lemah dan tidak berhasil mendapatkan makanan akan mati sedangkan yang kuat terus mencari makanan dan pertumbuhannya baik. Jumlah individu yang terlalu banyak dalam perairan yang tidak sebanding dengan keadaan makanan akan terjadi kompetisi terhadap makanan itu. Keberhasilan mendapatkan makanan akan menentukan pertumbuhan. Oleh karena itu akan didapatkan ukuran yang bervariasi dalam satu keturunan (Rudiyanti dan Ekasari (2015).
Tingkat padat tebar akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media air. Predasi dapat di hindarkan dan kualitas air dapat di perbaiki melalui pemeliharaan benih terkendali dalam ruangan (Waker, dkk., 2015).
2.3 Hubungan Panjang Berat
Panjang tubuh sangat berhubungan dengan berat tubuh. Hubungan panjang dengan berat seperti hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Namun, hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan bebeda-beda. Panjang dan berat ikan dalam suatu bentuk rumus yang umum yaitu: W = cLn, dimana W = berat L = panjang, c & n = konstanta. Rumus umum tersebut bila ditranformasikan ke dalam logaritma, maka kita akan mendapatkan persamaan : log W = log c + n log L, yaitu persamaan linier atau persamaan garis lurus. Harga n ialah harga pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Harga eksponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2 – 4,0, namun kebanyakan dari harga n tadi berkisar dari 2,4 – 3,5 (Syahrir, 2013).
Bilamana harga n sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya yaitu pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian seperti telah dikemukakan ialah pertumbuhan isometrik. Apabila n lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan pertumbuhan allometrik. Harga n yang kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus yaitu pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya, sedangkan harga n lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya. Cara yang dapat digunakan untuk menghitung panjang berat ikan ialah dengan menggunakan regresi, yaitu dengan menghitung dahulu logaritma dari tiap-tiap panjang dan berat ikan (Setyohadi, 2013).
Kecepatan pertumbuhan mutlak/absolut ialah perubahan ukuran baik berat atau panjang yang sebenarnya diantara dua umur atau dalam waktu satu tahun. Umumnya kecepatan pertumbuhan mutlak menurun apabila ikan makin bertambah. Kecepatan mutlak/absolute ini dapat dibuat persamaan dengan melihat panjang atau berat (Y) dengan waktu (T) : (Y2 – Y1) / (T2 – T1) Kecepatan pertumbuhan nisbi/relatif dirumuskan sebagai persentase pertumbuhan pada tiap interval waktu, atau dengan kata lain ialah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval. Umumnya pertambahan dalam berat jauh lebih banyak digunakan karena mempunyai nilai praktis dari pada panjang                      (Mulfizar, dkk., 2012).
Menurut Syahrir (2013) analisis hubungan panjang berat menggunakan uji regresi, dengan rumus sebagai berikut :
W = aL b
Keterangan: W = Berat tubuh ikan (gram), L  = Panjang ikan (mm), a dan b = konstanta. Uji t dilakukan terhadap nilai b untuk mengetahui apakah b=3 (isomertik) atau b≠3 (alometrik). Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan persamaan Ponderal Index, untuk pertumbuhan isometric (b=3) faktor kondisi (KTL) dengan menggu nakan rumus :
105 W
KTL = 
L3
Sedangkan jika pertumbuhan tersebut bersifat allometrik (b≠3), maka faktor kondisi dapat dihitung dengan rumusnya :
W
Kn = 
          aLb


2.4 Perhitungan Laju Pertumbuhan Ikan
Menurut Agustin (2014), perhitungan pertumbuhan bobot dan panjang tubuh ikan adalah sebagai berikut :
Laju Pertumbuhan bobot :
         
Laju pertumbuhan bobot = ( ln Wt – ln Wo  / t )        x 100%

Keterangan :
Wt = Bobot ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot ikan di awal pemeliharaan (g)

Laju Pertumbuhan panjang
                        
Laju pertumbuhan panjang =  ( ln Lt – ln Lo    /  t )   x 100%
                                 
Keterangan :
Lt = Panjang ikan di akhir pemeliharaan (cm)
Lo = Panjang ikan di awal pemeliharaan (cm)
Kelangsungan Hidup
Persentase kelangsungan hidup dihitung dengan rumus sebagai berikut :
 
SR =    ( Nt / No )    x 100 %
 

Keterangan :
SR = Kelangsungan Hidup (%)
Nt  = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Menurut Rudiyanti dan Ekasari (2015), laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate) ditentukan dengan rumus :

       
SGR = ( lnWo – lnWt /  t1 - t0 ) x 100 %
Dimana :
SGR = Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari)
Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram)
Wo = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram)
t1   = Waktu akhir penelitian (hari)
t0   = Waktu awal penelitian (hari)
  





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang diperoleh dari penulisan makalah yaitu sebagai berikut:
1.      Bentuk kurva pertumbuhan ikan menyerupai huruf S sehingga dikatakan sebagai kurva sigmoid. Pada awalnya ikan tumbuh lambat, karena pada saat itu masih dalam fase perkembangan hidup awal ketika pertumbuhan lebih dipusatkan pada penyempurnaan organ-organ tubuh, ketika organ tubuh telah sempurna berkembang, maka pertumbuhan dalam panjang menjadi pesat sampai terjadi kedewasaan, selanjutnya jumlah energi yang masuk dialihkan dari pertumbuhan jaringan somatik kepada pertumbuhan jaringan gonad.
2.      Faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan ikan terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya gen/keturunan, pembelahan sel dalam tubuh dan umur ikan. Faktor eksternal misalnya pakan, suhu, oksigen terlarut, penyakit dan parasit, ammonia, salinitas dan kompetisi.
3.      Hubungan panjang dengan berat seperti hukum kubik yaitu bahwa berat sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Bilamana harga n sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Apabila n lebih besar atau lebih kecil dari 3 dinamakan pertumbuhan allometrik. Harga n yang kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus yaitu pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya, sedangkan harga n lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok, pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjangnya.
3.2 Saran
Saran dari penulisan makalah ini yaitu agar semua pembaca lebih memahami tentang pertumbuhan ikan sehingga dapat menerapkan perlakuan-perlakuan yang tepat yang dapat meningkatkan pertumbuhan pada ikan.





DAFTAR PUSTAKA
Agustin, R., A.D. Sasanti dan Yulisman. 2014. Konversi Pakan, Laju Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup dan Populasi Bakteri Benih Ikan Gabus (Channa striata) yang diberi Pakan dengan Penambahan Probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2(1) : 55-66. ISSN : 2303-2960.
Ardita, N., A. Budiharjo dan S.L.A. Sari. 2015. Pertumbuhan dan Rasio Konversi Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Penambahan Prebiotik. Jurnal Bioteknologi. 12 (1) : 16-21. ISSN : 2301-8658.
Asma, N., Z.A. Muchlisin dan I. Hasri. 2016. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Peres (Osteochilus vittatus) pada Ransum Harian yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(1) : 1-11.
Emaliana., S. Usman dan I. Lesman. 2010. Pengaruh Perbedaan Suhu terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio). Universitas Sumatera Utara, Medan.
Fitrah, S. S., I. Dewiyanti., T. Rizwan. 2016. Identifikasi Jenis Ikan di Perairan Laguna Gampoeng Pulot Kecamatan Leupung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. 1(1) : 66-81.
Marlan dan S.S. Agustina. 2014. Analisis Prevalensi Parasit yang Menginfeksi Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada Sentra Pembenihan di Wilayah Kabupaten Banggai. Jurnal Balik Diwa. 5(2).
Mulfizar., A. Zainal., Muchlisin dan I. Dewiyanti. 2012. Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Tiga Jenis Ikan yang Tertangkap di Perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh. Jurnal Depik. 1(1):1-9. ISSN: 2089-7790.
Mulyani, S.M., Yulisman dan M. Fitrani. 2014. Pertumbuhan dan Efisiensi Paka Ikan Nila (Oreochromis mossambicus) yang dipuasakan Secara Periodik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2(1) :01-12. ISSN : 2303-2960.
Rahardjo, M.F., D.S. Sjafei., R. Affandi dan Sulistiono. 2010. Buku Iktiology. Bandung : Lubuk Agung.
Rudiyanti, S dan A.D. Ekasari. 2009. Pertumbuhan dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Jurnal Saintek Perikanan. 5 (1) : 37-49. 

Setyohadi, D. 2013. Studi Potensi dan Dinamika Stok Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) di Selat Bali Serta Alternatif Penangkapannya. Jurnal Perikanan. 11(1): 78-86. ISSN: 0853-6384.
Syahrir, M. 2013. Kajian Aspek Pertumbuhan Ikan di Perairan Pedalaman Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. 18 (2). ISSN : 1402-2006.

Wahyuningsih, H dan T.A. Barus. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Yurisma, E.H., N. Abdulgani dan G. Mahasri. 2013. Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Laju Konsumsi Oksigen Ikan Gurame (Osprhonemus gouramy) Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni.1(1) : 1-4.
 

PENCEMARAN PADA PERAIRAN

PENCEMARAN PADA PERAIRAN Oleh: Deswanti Sitanggang 150302027 Manajemen Sumberdaya Perairan A ...